Sabtu-Minggu (31 Juli-1 Agustus 2010) kemarin saya ikut workshop Clinical Hypnotherapy di Hotel Santika, Slipi. Sejak awal yang saya pikirkan di training ini ialah: gagalnya diet saya. Teman sudah mengingatkan,”Fokus ke materi, jangan mikirin diet!”
Yup, saya sadar pasti itu. Kendati awalnya merintih-rintih tak rela, namun sudah bayar mahal-mahal kok makanan enak di hotel dianggurin, kan rugi. Maka, saya mengikhlaskan 2 hari itu menikmati makanan buffet ala hotel yang menggiurkan dan menggoyangkan lidah.
Peserta training kebanyakan adalah dokter gigi, selebihnya ada pengacara, penulis (saya), mahasiswa kedokteran gigi, motivator yang pandai main sulap (bikin gregetan karena dia beraksi dan emoh kasih tahu triknya), dan ada juga seorang yang bergerak di bidang konseling.
Workshop yang diadakan oleh Mind Talks ini lebih menekankan ke pendekatan klinis, seperti penanganan penyakin psikosomatis (penyakit karena pikiran), membantu penyembuhan penyakit fisik, penanganan trauma dan phobia, stress management, pemberdayaan sumber daya internal, dan aplikasi di bidang kedokteran (operasi tanpa anestesi).
Menarik sekali. Sebenarnya sejak lama saya tertarik di bidang hipnosis ini dan akhir tahun lalu saya pernah ikut Fundamental Hypnosis yang diadakan oleh HTII yang didirikan oleh Mardigu WP, seorang pakar hipnosis yang kerap dimintakan bantuannya oleh polisi untuk menginvestigasi kasus terorisme di Indonesia. Sebenarnya saat itu sempat daftar buat ikutan workshop 100 jam hipnoterapi di lembaga lain, artinya saya tertarik mendalami bidang ini dan mengaplikasikannya dalam kehidupan saya dan orang lain, kan bisa menjadi ladang amal dan penghasilan kelak, namun terhambat karena saya memerlukan waktu untuk mengkaji hipnosis dalam pandangan Islam.
Sebab masih ada beberapa kalangan yang menganggap hipnosis ini bertentangan dengan Islam, misalnya ngeri jin ikut campur, dan sebagainya. Mungkin karena mereka belum mengerti dan melihat secara langsung prosesnya. Namun dari yang saya baca, diskusikan, dan saksikan, semua baik-baik saja. Hipnosis merupakan metode ‘komunikasi’ dengan pikiran bawah sadar agar sugesti yang dimasukkan dapat mengubah perilaku kita sehari-hari.
Kemudian setelah mendapatkan keyakinan cukup, terutama berdiskusi dengan teman-teman yang memahami Islam dengan baik dan juga terjun di bidang ini, saya pun memutuskan ikut workshop ini. Bahkan saya sempat diterapi untuk penyakit psikosomatis saya.
Sepertinya saya ingin mendalami lebih lanjut soal clinical hypnotherapy ini dengan mengikuti workshop tingkat lanjutannya. Jangan salah, bisa juga loh buat pelangsingan tubuh, ahayyy… asyikkk kan?
Nah, tentu saja sesuai judul tulisan ini, tantangan terseru dalam mengikuti workshop ini adalah: jereng.. jreng.. jreng.. waktu makan. Tahu sendirilah kalau ada training atau workshop semacam ini kan snack hournya bisa dua kali (pagi dan sore) plus makan siang. Whuaaaa…. sudahlah saya mengikhlaskan diri menikmati itu semua.
Hari pertama (Sabtu, 31 Juli) pagi-pagi saya di rumah hanya minum susu low fat dan buah, kemudian berangkat ke Hotel Santika. Nyampe kepagian, malah ikutan bantuin trainernya menyiapkan ruangan hihihi. Lalu saat snack pagi, saya memilh mengambil dua roti dan menikmati kopi susu dengan gula diet yang disediakan.
Naaaah yang terseru ialah pas lunch time!!! Kita semua peserta training bergabung dengan teman-teman lainnya (saat itu ada beberapa macam training dan workshop yang diadakan) masuk ke coffee shop hotel and guess what? buffet yang tersedia membuat mata terbelalak.
Semua ada, makanan Indonesia, Asia, Western, kemudian beragam cake, puding, es krim, tinggal pilih! Hiks… nggak diembat sayang juga dah bayar mahal-mahal kok, rugi bandaaaaarrrr. Hahaha, akhirnya sudahlah saya relakan, hari pertama itu saya makan buffet sedikit nasi, mie goreng, dan lauk-pauknya. Masih ditambah sushi, kemudian es krim (dua bulan bowww nggak makan es krim), dan cake tentu saja!
Itu saja masih tergoda kebab dan skuteng. Namun Alhamdulillah meskipun kalap, saya tetap ada rem untuk tidak kekenyangan. Saya berpikir untuk mengikuti workshop diperlukan konsentrasi dan sikap energic, kalau kekenyangan bisa-bisa ngantuk bawaannya dan perut akan terasa begah. Maka meskipun kalap, saya tetap ambil porsi wajar dari masing-masing jenis makanan, sehingga walaupun merasa lebih kenyang dari biasanya saya makan, saya nggak kekenyangan. Apalagi masih ditambah ada snack sore berupa kue-kueannya kan, tapi untuk minuman saya tetap ambil air mineral.
Hari kedua juga begitu, mata saya langsung terpaku dengan kari India dengan capattinya itu loh, huaaaaa… lalu tak lupa saya ambil kebab yang bikin penasaran dari kemarin, kemudian… teteeeep es krim. Sebetulnya sih masih tertarik nyoba yang lain kayak tahu gejrot, pecel, dan kue-kue yang memikat, namun Alhamdulillah… karena terlibat obrolan asyik dengan salah seorang peserta, waktu kami habis di situ. Tetap bersyukur bisa makan lebih dari biasanya dan nggak terlalu kekenyangan.
Malamnya pas pulang, saya pikir tanggung sekalian, pas di rumah ada makanan arisan yang dibawa dari rumah saudara, ya wis saya ambil nasi merah, ikan tongkol dicabein, makan deh hihihi. Dalam hati sudah bertekad Senin ini (2 Agustus) akan puasa, eeeehhh lupa kalau lagi ada ‘tamu’.
Nggak, apa, bahkan saya sudah ikhlas kalau timbangan saya yang sudah menyentuh 66,5 kg naik. Dan kenyataannya memang naik! pagi ini saya menimbang 67 kg! Alhamdulillah.
Jadi, ada kalanya kita usti berdamai dengan keadaan. Saya justru merasa ini kebaikan Allah yang memberikan saya kesempatan meliburkan diet saya dengan menikmati makanan nikmat selama 2 hari, plus mendapat ilmu yang bermanfaat, Alhamdulillah.