Archive for the ‘Kisah’ Category

Tefaaaat… timbangan saya yoyo neh, meski tetep berkisar antara 65-66 kg. Padahal saya sudah belajar mengendalikan diri, nggak kayak tahun-tahun sebelumnya yang langsung kalaphppp begitu azan Magrib, melahap menu utama. Puasa kali ini Alhamdulillah baru sekali kalap begitu, gara-gara baru pulang ngajar, sampe rumah sudah 10 menit lewat azan, sudahlah kelaperan langsung mengambil nasi.

Tapi di hari-hari lainnya, biasanya saya berbuka dengan tiga butir kurma dulu dan minum teh, kemudian sholat, baru makanan utama. Dan saya tetap olahraga, kendati porsinya dikurangi, dan nggak tiap hari, paling seminggu tiga kali. Cumaaa.. emang nih.. saya kurang menjaga makanan gorengan. Lauk gorengan (apalagi ada sambal baladonya slllrrrppp) main embat aja. Trus beberapa kali agak lepas kontrol makan kue bolu sisa acara bukber ponakan di sekolahnya hehe. Bolu itu saking melimpahnya nyisa cukup banyak dan ditaro di kulkas. Bolu gulung coklat pula, yummy kan.

Belum lagi godaan lain seperti kolak (ini sih bisa menghindar, nggak gitu hobi soale), es buah dengan sirup dan gula (ternyata gula pasir itu kalorinya besaaaaar sekali, perbandingan aja nih, di situs Pizza Hut ada panduan nutrisi, jus buah tanpa gula kalorinya hanya 20 cal, begitu ditambah gula pasir, melonjak hingga 100 cal!). Mending ganti madu aja, lebih kaya manfaat.

Maka, berat badan yang tadinya sukses sudah turun hingga 65 kg (dari 75kg), sempet merambat ke hampiiirrr 66 kg lagi. Kebetulan waktu itu olahraganya emang kendor. Ditambah asam lambung saya berulah, membuat saya mual dan kliyengan, badan kayak melayang. Nggak mungkin kan dipaksa olahraga. Pernah sih sekali, saya negosiasi ma tubuh, olahraga sedikit…Alhamdulillah berhasil.

Tapi nggak apa, nggak usah ngoyo. Balik lagi aja ke pola hidup sehat, kembali memanggang ayam (ketimbang makan yang goreng) dan sahurnya balik ke oatmeal+susu nonfat+madu. Kemarin-kemarin karena masih ada sisa lauk malam, sayang kalau ndak habis, sahur beberapa kali pakai nasi. Cuma ya itu kalau sahur nasi bawaannya pengen pedes dan kalau udah makan pedes, seharian peyut ndaaak enaaak.

Tetap Semangaaaaat laaaaah…

Finally, 10 kg LOST!

Posted: August 20, 2010 in Kisah

“Hebaaaattt baru seminggu puasa dah turun 10 kg, hehe…” begitu bunyi BBM (Blackberry Messanger) dari Boz saya di majalah. Doi baca status BBM saya: Finally, 10 kg lost, Alhamdulillah.

“Buseet, ga lagi, udah hampir 3 bulan aku pola hidup sehat,” koreksi saya. Supaya nggak kaget aja, moso iya sih puasa baru jalan 10 hari sudah turun 10 kilooo? sehari sekilo doooong? ada apaaa? 

Yup, kalau mengikuti cerita saya di blog ini, tentu tahu kalau sejak akhir Mei 2010 saya mulai menerapkan pola hidup sehat, beserta olahraga dalam rangka menurunkan berat badan. Seumur-umur saya selalu gemuk, cuy, terakhir mencapai berat 75 kg!!! Ortu protes, saya pun cembetut bawaannya hi hi hi. Habis bete juga setiap ketemu temen selalu komentarnya,”Kayaknya elo gemukan dweeeh…” maklum deh masih suka ada orang yang nggak jaga perasaan orang lain dalam mengomentari fisik.

Namun, ternyata itu menjadi alarm buat saya alert terhadap kesehatan diri. Disamping udah susaaah cari baju, setiap mampir toko bawaannya senewen karena baju atau celana susah masuk tubuh, beberapa keluhan fisik juga menyertai. organ-organ tubuh saya tampaknya mulai menjerit dan meronta, pleaseeeee let us free of those fats! hi hi hi. 

Maka, tekad kuat itu harus datang dari dalam diri baru hasilnya tokcer. Dibimbing seorang teman yang saya temui di twitter @jeungririe, yang berhasil menurunkan berat badannya hingga 31 kg!!! dengan cara alami, tidak dengan obat-obatan. Subhanallah.

Maka here I am now! Kendati perjuangannya tidak mudah, terutama mengganti cemilan dengan buah dan menghindari makanan goreng, tapi hasilnya tidak terbayarkan. Sempat agak sereeet sih ketika jarum timbangan sudah di angka 67 kg, pernah hampir 66 kg, tapi karena saya agak lepas kendali, balik lagi ke 67 kg, begitulah, dan kemudian balik lagi hampir 66 kg, kemudian tertolong dengan bulan Ramadhan ini.

Saya akui di bulan Ramadhan agak sulit mengendalikan rasa lapar ketika buka. Namun saya bertekad mengikuti sunnah Rasulullah ketimbang puasa-puasa sebelumnya yang  kalap begitu bedug, langsung makan makanan utama. Kali ini saya berusaha mengendalikan diri, begitu bedug memakan tiga butir kurma dan minum teh, lalu sholat (bahkan mandi dulu karena habis olahraga ringan sore hari), baru makan utama.

Kalau kolak sih saya udah kebal, nggak begitu tergoda memakan, paling kalau pengen ya sesendok aja, sehabis teraweh, yang sulit niih es buah hahahah. Buahnya sih nggak apa, cuma kan ada sirup, gula pasir, waaa, biasanya sih saya ambil juga segelas. Kalau dihitung-hitung kalorinya juga seharian itu (buka dan sahur) tetap masih kurang dari 1.800 kalorie (jumlah maksimal yang harus saya asup dalam sehari, sesuai saran ahli gizi). Jadi nggak usah paranoid amat, lagian tubuh juga butuh energi lebih buat menjalani puasa seharian kan. Namun saya sih cenderung menggantikan gula pasir dengan madu.

Memang ada keluhan lambung nih. Puasa ini kepala saya kliyengan melulu dan kadang mual. Maka madu dan kurmanya nggak boleh stop, kalau pengobatan Islami, madu itu bisa mengobati magh/lambung, sesuai yang dijelaskan Ibnu QayyimAl Jauziyah dalam kitabnya Ath-Thibbun Nabawi, bahwa ketika seorang sahabat mengeluhkan perutnya yang melilitm Rasulullah meresepkan madu. 

Kemudian saudara saya juga mengalami keluhan serupa, dia mendapatkan resep makan singkong mentah seukuran jari (sejempol deh biar gampang), konon ini resep tempoe doeloe di kampung-kampung dan dia merasa baikan. Saya coba juga. Tak lupa melakukan terapi hijamah (bekam) yang sudah rutin saya lakukan sejak Januari 2010.

Begitulah… perjuangan membuahkan hasil, makasih ya Allah…

*fotonya belum ada yak, emang belum potooo hihihi*

Dibuat Gregetan sama Jarum Timbangan

Posted: August 9, 2010 in Kisah

Yup, semingguan ini diyet saya masih kacow bliaw, hiks. Kalau sudah baca tulisan saya sebelumnya yang “Efek Terlena” dan “Tantangan Diet di Workhsop Clinical Hypnotherapy” maka tulisan ini masih ada hubungannya.

*Tarik napas dulu* Gara-gara makan kalap dua hari saja ternyata ‘bayaran’nya mahal juga. Hingga hari ini saya masih cuek makan ikan goreng tadi. Walau olahraganya teteup dijalani, bahkan kemarin saya olahraga pagi (body slender) dan sore (jogging), jarum timbangan tak jua menyentuh angka 66 kg! Padahal sebelumnya sempat hampirrrrr menyentuh angka itu! Sekarang kalau saya menimbang, jarumnya masih di bawah angka 67 kg terus-terusan. GREGETAN kaaaan? hihihi…

Saya tadi mengadu ada @jeungririe, mentor diyet yang lagi menikmati masa mengunjungi suaminya di Brisbane, Oz.

“Rieeee hiks…”

“Knavaaaaa” jawabnya via YM

Lalu saya ceritakan kendala saya. Ririe hanya tertawa,”Xixixixi, sindrom itu, biasa mah, gw juga kadang begitu.”

“Iya neh,” jawab saya, “Kayaknya mentang-mentang mao puasa jadinya susye bener nahan diri.”

Ririe ketawa lagi (via onlen maksudnye ketawanye),”Sama gw juga nih mentang-mentang mau puasa, semua gw embat, tapi setelahnya kita kontrol lagi.”

Kemudian Ririe menyinggung foto saya di fb,”Laaah itu di fotonya ada kentang goreng dan roti goreng ya, mendingan kamu makan nasi sama ikan balado lebih aman.”

“Jiyah, ntuw mah temen gw yang pesen, gw cuma ngembat kentang goreng 2 biji!”

“Wuakakakakak, kalo gw dah dicaplok tuh!” sahut Ririe.

“Ga mauuuu… kentang aja dua biji. Masih untung nggak pesen sandwich tuna, tuh.”

“Gpp, asal jangan kebanyakan mayonaise atau kalau bisa minta tanpa mayonaise,” ia mengingatkan.

Begitulah, tantangan pola makan sehat ialah saat kita berada di luar rumah. Biasanya saya mengusahakan bawa lunch dari rumah, berupa nasi merah dan sayur, juga lauk (bukan digoreng). Cuma kalau nggak sempet masak, mau nggak mau musti pintar-pintar cari jajanan yang pas.

Saya akui minggu ini rada lepas kendali (ehem). Saya sempat makan mie Aceh karena penasaran (tapi porsinya dikiiiit), lalu keesokkan harinya makan di Omah Solo, kendati pesen paket nasi merah, tapi sayurnya pecel (bumbunya kan kacang goreng) karena urapnya habis. Lalu empal dan tempenya digoreeeng pula. Lalu sorenya jumpa teman-teman SG (Support Group) di MP Book Point Cafe, minum lemon tea (dengan gulanya) dan ngembat kentang goreng 2 biji hihihi.

Di rumah juga mulai permisif pada prinsip sendiri. Artinya, ada lauk gorengan saya embat juga, kendati porsi makan tetep biasa dan nggak ngemil kecuali buah, tapi saya akui kebanyakan makan makanan berminyak. Yah itulah penyebabnya. Dan… perut saya rada kenyang neh kalao makan, sebab sudah dua bulanan saya terbiasa makan nggak kenyang (atau tambal buah dan air putih buat ngenyangin), alhasil perut terasa endutan, nggak nyaman dweeeeh. Masih untung timbangan nggak naik, walau nggak turun, hiks.

Gpp, musti diupayakan lagi. Ramadhan pun musti dikontrol, jangan sampai kebanyakan makan manis-manis. Maklum biasanya kan Ramadhan, Mama masaknya rada bombastis. Ada kolak, atau es buah, atau bubur sumsum, atau apalah sebagai teman buka. Saya berusaha menerapkan makan ala Rasulullah SAW, buka dengan dua butir kurma, minum air putih, lalu sholat magrib, baru makan besar (jangan kebesaran yak hehehe). Ugh… harus bisa nih nggak nyentuh kolak dkk, atau kalo kepengen mah icip aja sesendok. Doakan saya istiqomah yak. Mari berrrjuang mengendalikan hawa nafsu.

Bayangkan makanan di depan mata, tapi cuma ngembat 2 biji kentang goreng hihi

Bagaimana rasanya??? Sujud syukurrrr … saya hampir menangis malam itu ketika… sebetulnya sih iseng-iseng aja, dalam rangka memilih baju yang akan dipakai keesokkan harinya. Saya buka pintu lemari dan mulai memilah-milah. Awalnya saya mengambil sepucuk kemeja batik pemberian kakak saya di Batam tahun lalu. Waktu itu bagian lengannya amaaaat sempit dan sempat saya bawa ke tukang jahit untuk dilebarkan sedikit bagian lengan itu, namun tetap belum cukup!

Maka, kemeja batik itu hanya teronggok di lemari. Malam ini saya coba, lumayan… lengan sudah bisa masuk walau masih ketatttt. Hmm.. tak mengapa, paling tidak sudah menambah motivasi saya. Lalu satu per satu saya ambil kemeja lainnya, kemeja-kemeja yang tadinya sudah mengetat dan membuat perut saya menonjol kala mengenakannya.

Amazing! muat… aaaaarrrhhhh… saya menganga depan cermin. What a great progress! Bahkan saya jajal celana jeans favorit dan sudah enak masuk ke kaki hingga pinggul saya. Ruuaaar biasa.

Kemudian… tampaklah kemeja panjang berwarna pink itu, dari bahan.. entah apa nama dan jenisnya, saya gagap fashion, kemeja pemberian kakak saya pula tahun lalu, ketika saya bertugas di Batam dan menginap di rumahnya. Waktu itu saya putus asa menatap kemeja yang bagus sekali dan saya yakin harganya di atas kemampuan saya. Namun saya putuskan simpan saja dan untungggg nggak saya kasihkan ke orang.

Dengan jantung berdebar saya ambil kemeja itu, saya buka risletingnya dan saya kenakan. Tangan kanan lolos dengan mulus, tangan kiri… lolos juga, kemudian… saya risleting depannya, WOW …. muat bowwwwww…

Rasanya saya ingin loncat-loncat di kamar. Karena tipe baju begitu memang favorit saya, cuman dari dulu kalau melihatnya di toko, nggak pernah muat blas di badan, hiks. Bahkan waktu ke Tanah Abang sebulan lalu, saya melihat kemeja sejenis, saya sudah bertekad… ntar luh ye.. minimal berat gw turun 10 kg, gw borong luuuu  …

Kendati semingguan ini saya lagi merasa rada endutan karena rada lepas kendali, tapi eksperimen pakaian-pakaian lama itu lumayan menambah motivasi saya, waaah kalau begini mah, target musti tercapai. Penasaran juga saya karena saya belum pernah merasakan di berat tubuh yang saya idamkan itu (rahasia yaaaak) hi hi hi.

Btw inilah foto kemeja pemberian kakak tercinta yang akhirnya muat di tubuh.

Berpose dengan teman yang lama tak berjumpa

Efek Terlena

Posted: August 7, 2010 in Kisah

Kenapa saya bilang efek terlena?? hiks… gawat juga ternyata efeknya gara-gara makan kalap di Workshop Clinical Hypnotherapy minggu lalu. Maklum seminar di hotel, udah mbayar, moso nggak nikmatin *bukan ngeles yak*. Namun eh namun… hingga semingguan ini saya masih dalam efek terlena. Saya agak lepas kendali walaupun tetap terkontrol (kamsudnya apa sih?) hi hi hi.

Contohnya, ada lauk goreng, main embat, ada kue, embat juga meski sikiiiit saja, kemudian makannya agak-agak kenyang. Whuaaa terasa banget neh perut nggak enak, begah, penuh, yah jelas lah nasiiibb timbangan bertahan di angka 67 kg (sebelumnya sempat hampirrrrrr 66 kg loh).

Dan, terus terang agak susah tuh memaksa diri menahan diri dan berolah raga. Namun, tekad saya lebih kuat, olahraganya teteeeuuupppp harus dilakukan selama saya ada di rumah. Tadi sore saya paksakan berbody slender hingga 4.706 ayunan, lumayan 658 cal burned! Masalahnya tadi di rumah ada arisan dan masak soto ayam! ada es buah pake susu pula, nah rada lepas kendali tuh. Untungggggnya pas di jalan tadi sebelum pulang, saya berhasil menahan diri nggak makan di Margo City, udah niat makan nasi singaporean yang pakai sayur brokoli dan irisan dada ayam tuh, yummy. Wong motor saya sempat berhenti depan Margo City kok, menimbang-nimbang, masuk nggak… masuk nggak… akhirnya… nggaaak.

Keputusan yang tepat, coz saya lupa kalau nih hari ada arisan teman-teman kakak saya. Whuaaa sudahlah, dan bukan termasuk satfreeday juga nih hari, wong dari Jumatnya udah rada-rada lepas kendali koooook, mentang-mentang mau Ramadhan nih kayaknya.

Weiiit besok musti mulai menahan diri lagi, olahraga ditambah dweeeh

Stomach Culture Shock

Posted: August 4, 2010 in Kisah

Senin dan Selasa (2 dan 3 Agustus 2010) kemarin perut saya rasanya nggak enak banget. Lambung kontraksi terus, cekot-cekot dan kenceng-kenceng, perut kanan pun berperilaku serupa. Kemudian saya merasa mual dan kepala nggak enak. Hadoooh kenapa nih? Jadi nggak konsentrasi kerja, padahal harus mengejar target halaman. Namun karena kondisi badan saya nggak enak, saya nggak bisa memaksakan diri kerja.

Laptop kebanyakan dianggurin aja, lalu saya rebahan di kasur, ke laptop lagi, ngasurr lagi, mual… untungnya serangan kepanikan tidak melanda, jadi napas nggak sesak. Dalam kondisi gitu kalau ditambah panik, wah kacawlah dunia. Akhirnya saya banyak-banyak nenggak madu dua hari kemarin. Kan madu bagus buat pengobatan lambung (yang saya pelajari dari pengobatan alamiah). Selasa kemarin saja sampai 6 sdm madu saya tenggak seharian, ditambah melakukan SEFT (Spiritual Emotion Freedom Technique). yakni pengetukkan dengan jari-jari di beberapa bagian tubuh sambil berafirmasi dan berdoa untuk meredakan ketidakenakan yang saya rasakan di tubuh.

Kemudian saya merenung, ada apa ya? saya sampai mengelus-elus perut saya, menyadari mungkin saya telah berlaku zalim pada lambung saya, namun apa? kemudian saya ingat, kayaknya perut saya kaget akibat Sabtu-Minggu sebelumnya dihantam makanan berlimpah ketika mengikuti workshop Clinical Hypnotherapy di Hotel Santika (bisa baca tulisan saya sebelumnya tentang workshop ini).

Nah, ini dia tampaknya yang menjadi penyebab. Setalah dua bulanan saya memiliki pola makan tertentu, tubuh saya sudah beradaptasi sedemikian baiknya dan mendukung pola hidup sehat yang saya jalani, mendadak selama dua hari dimasukkan beraneka ragam bumbu masakan (masakan Indonesia, Jepang, Western), tentulah ia kaget dan ‘ngambeg’. 

Walaupun saya tetap menjaga tidak terlalu kekenyangan kala itu (supaya nggak ngantuk dan tetap energik di kelas), tapi asupan yang diterima perut saya melebihi kadar biasanya. Efek buruk lainnya ialah, saya masih terlena. Bahkan sampai hari ini ada lauk gorengan masih saya embat. Kayak tadi pagi, rencana mau sarapan susu lowfat plus oatmeal, eeeeh melihat telur ceplok nganggur, merasa sayang kalau tidak dimakan. Sudahlah saya ambil nasi merah, makan pakai telur ceplok dan sambal kecap.

Tapi itulah suka-dukanya orang berdiet, tantangan dan godaan selalu menghampiri. Ada kalanya kita kuat dan ada kalanya kita kalah. Satu yang musti diingat: olahraganya musti jalan terus. Kemarin timbangan saya sempat naik lagi ke 67 kg (sebelumnya hampirrr menyentuh angka 66 kg), tapi Alhamdulillah tadi pagi saya menimbang sudah hampirrr ke 66 kg lagi hi hi hi. Semoga sebelum bulan Ramadhan bisa benar-benar menyentuh 66 kg, jadi berat saya total turun 9 kg (dari sebelumnya 75 kg)

Yuuuk, lanjutkan pola hidup sehat. CEMANGGAAATTT…

Sabtu-Minggu (31 Juli-1 Agustus 2010) kemarin saya ikut workshop Clinical Hypnotherapy di Hotel Santika, Slipi. Sejak awal yang saya pikirkan di training ini ialah: gagalnya diet saya. Teman sudah mengingatkan,”Fokus ke materi, jangan mikirin diet!”

Yup, saya sadar pasti itu. Kendati awalnya merintih-rintih tak rela, namun sudah bayar mahal-mahal kok makanan enak di hotel dianggurin, kan rugi. Maka, saya mengikhlaskan 2 hari itu menikmati makanan buffet ala hotel yang menggiurkan dan menggoyangkan lidah.

Peserta training kebanyakan adalah dokter gigi, selebihnya ada pengacara, penulis (saya), mahasiswa kedokteran gigi, motivator yang pandai main sulap (bikin gregetan karena dia beraksi dan emoh kasih tahu triknya), dan ada juga seorang yang bergerak di bidang konseling.

Workshop yang diadakan oleh Mind Talks ini lebih menekankan ke pendekatan klinis, seperti penanganan penyakin psikosomatis (penyakit karena pikiran), membantu penyembuhan penyakit fisik, penanganan trauma dan phobia, stress management, pemberdayaan sumber daya internal, dan aplikasi di bidang kedokteran (operasi tanpa anestesi).

Menarik sekali. Sebenarnya sejak lama saya tertarik di bidang hipnosis ini dan akhir tahun lalu saya pernah ikut Fundamental Hypnosis yang diadakan oleh HTII yang didirikan oleh Mardigu WP, seorang pakar hipnosis yang kerap dimintakan bantuannya oleh polisi untuk menginvestigasi kasus terorisme di Indonesia. Sebenarnya saat itu sempat daftar buat ikutan workshop 100 jam hipnoterapi di lembaga lain, artinya saya tertarik mendalami bidang ini dan mengaplikasikannya dalam kehidupan saya dan orang lain, kan bisa menjadi ladang amal dan penghasilan kelak, namun terhambat karena saya memerlukan waktu untuk mengkaji hipnosis dalam pandangan Islam.

Sebab masih ada beberapa kalangan yang menganggap hipnosis ini bertentangan dengan Islam, misalnya ngeri jin ikut campur, dan sebagainya. Mungkin karena mereka belum mengerti dan melihat secara langsung prosesnya. Namun dari yang saya baca, diskusikan, dan saksikan, semua baik-baik saja. Hipnosis merupakan metode ‘komunikasi’ dengan pikiran bawah sadar agar sugesti yang dimasukkan dapat mengubah perilaku kita sehari-hari.

Kemudian setelah mendapatkan keyakinan cukup, terutama berdiskusi dengan teman-teman yang memahami Islam dengan baik dan juga terjun di bidang ini, saya pun memutuskan ikut workshop ini. Bahkan saya sempat diterapi untuk penyakit psikosomatis saya.

Sepertinya saya ingin mendalami lebih lanjut soal clinical hypnotherapy ini dengan mengikuti workshop tingkat lanjutannya. Jangan salah, bisa juga loh buat pelangsingan tubuh, ahayyy… asyikkk kan?

Nah, tentu saja sesuai judul tulisan ini, tantangan terseru dalam mengikuti workshop ini adalah: jereng.. jreng.. jreng.. waktu makan. Tahu sendirilah kalau ada training atau workshop semacam ini kan snack hournya bisa dua kali (pagi dan sore) plus makan siang. Whuaaaa…. sudahlah saya mengikhlaskan diri menikmati itu semua.

Hari pertama (Sabtu, 31 Juli) pagi-pagi saya di rumah hanya minum susu low fat dan buah, kemudian berangkat ke Hotel Santika. Nyampe kepagian, malah ikutan bantuin trainernya menyiapkan ruangan hihihi. Lalu saat snack pagi, saya memilh mengambil dua roti dan menikmati kopi susu dengan gula diet yang disediakan. 

Naaaah yang terseru ialah pas lunch time!!! Kita semua peserta training bergabung dengan teman-teman lainnya (saat itu ada beberapa macam training dan workshop yang diadakan) masuk ke coffee shop hotel and guess what? buffet yang tersedia membuat mata terbelalak.

Semua ada, makanan Indonesia, Asia, Western, kemudian beragam cake, puding, es krim, tinggal pilih! Hiks… nggak diembat sayang juga dah bayar mahal-mahal kok, rugi bandaaaaarrrr. Hahaha, akhirnya sudahlah saya relakan, hari pertama itu saya makan buffet sedikit nasi, mie goreng, dan lauk-pauknya. Masih ditambah sushi, kemudian es krim (dua bulan bowww nggak makan es krim), dan cake tentu saja!

Itu saja masih tergoda kebab dan skuteng. Namun Alhamdulillah meskipun kalap, saya tetap ada rem untuk tidak kekenyangan. Saya berpikir untuk mengikuti workshop diperlukan konsentrasi dan sikap energic, kalau kekenyangan bisa-bisa ngantuk bawaannya dan perut akan terasa begah. Maka meskipun kalap, saya tetap ambil porsi wajar dari masing-masing jenis makanan, sehingga walaupun merasa lebih kenyang dari biasanya saya makan, saya nggak kekenyangan. Apalagi masih ditambah ada snack sore berupa kue-kueannya kan, tapi untuk minuman saya tetap ambil air mineral.

Hari kedua juga begitu, mata saya langsung terpaku dengan kari India dengan capattinya itu loh, huaaaaa… lalu tak lupa saya ambil kebab yang bikin penasaran dari kemarin, kemudian… teteeeep es krim. Sebetulnya sih masih tertarik nyoba yang lain kayak tahu gejrot, pecel, dan kue-kue yang memikat, namun Alhamdulillah… karena terlibat obrolan asyik dengan salah seorang peserta, waktu kami habis di situ. Tetap bersyukur bisa makan lebih dari biasanya dan nggak terlalu kekenyangan.

Malamnya pas pulang, saya pikir tanggung sekalian, pas di rumah ada makanan arisan yang dibawa dari rumah saudara, ya wis saya ambil nasi merah, ikan tongkol dicabein, makan deh hihihi. Dalam hati sudah bertekad Senin ini (2 Agustus) akan puasa, eeeehhh lupa kalau lagi ada ‘tamu’. 

Nggak, apa, bahkan saya sudah ikhlas kalau timbangan saya yang sudah menyentuh 66,5  kg naik. Dan kenyataannya memang naik! pagi ini saya menimbang 67 kg! Alhamdulillah.

Jadi, ada kalanya kita usti berdamai dengan keadaan. Saya justru merasa ini kebaikan Allah yang memberikan saya kesempatan meliburkan diet saya dengan menikmati makanan nikmat selama 2 hari, plus mendapat ilmu yang bermanfaat, Alhamdulillah.

Akhirnya Turun 8 kg!

Posted: July 29, 2010 in Kisah

Amazing. Sebetulnya sih sempat turun 9 kg, jadi gara-gara kemarin kena flu berrat dan istirahat (termasuk nggak memaksakan diri olahraga), anehnya metabolisme tubuh tetap menyesuaikan diri. Saya tetap makan 3x sehari, hanya saya nggak ngemil kecuali buah. Nah, timbangan saya sempat tuh 66 kg (turun 9 kg dari 75 kg). Girang, tentu aja!

Namun, timbangan kadang suka plin-plan juga sih, tau-tau nimbang lagi, halah kok kayaknya naik setengah kilo, atau sekilo? Tapi saya nggak mau memusingkan itu. Maka di judul saya nggak berani nulis 9 kg, tulis 8 kg aja yak hihi.

Rasanya? luar biasa, ternyata saya BISA! Sure, if you think you can, YOU CAN. Ririe (@jeungririe) sebagai mentor diet saya tentu tak ketulungan senangnya, kendati doi lagi di Brisbane selama beberapa saat dan hubungan kami tersambung via twitter, ym, atau fb, saya kerap laporan perkembangan diet dan Ririe pun suka menanyakan.

Hanya dia selalu mengingatkan saya,”Paranoidnya dikurangin ya, sesekali makan enak, asal porsi normal, jangan bar-bar!”

“Sip, gw suka bandel juga kok, Rie.” jawab saya.

Begitulah, setelah menjalani pola hidup sehat, ujungnya balik lagi ke sunnah Rasulullah Saw, betapa beliau sangat menjaga makannya, bahkan ada tatacara makan (seperti mengunyah 33x), makan menggunakan tiga jari (supaya masuknya tidak terlalu banyak, sehingga lambung bisa tersenyum), dan berhentilah sebelum kenyang.

Yang pertama sih, namanya orang diet, pasti makannya nggak sampai kenyang. Jujur saja kadang saya masih merasa nggak nyaman karena kita terbiasa makan kenyang kan? Biasanya saya minum air putih atau melahap buah. Kenyang itu kan hanya sugesti kita, zona nyaman. Cuma, saya akui yang mengunyah 33x itu saya belum bisa he he, pertama kok rasanya ribet ya tiap ngunyah ngitung, yaaa ngggak gitu juga kalee ya, pokoknya sampai hancur benar di mulut baru ditelan, cuma seringggg kali, seperti mau tertelan duluan *alesan*.

Anyway buswayyy… belum sempat foto-foti hihi, adanya foto dengan Mba Ratna Listy nih, waktu berat saya baru turun 6 Kg kalau nggak salah. Doakan saya istiqomah ya

Hampir dua minggu saya kena fluu berrraaattttt, pileknya sih nggak seberapa, buatuknya ini nggak ketulungan. Mungkin karena saya ga istirahat maksimal, kendati saya biasanya bercinta dengan laptop di atas tempat tidur dengan bantuan meja kecil, tetep judule kerja, karena ada kerjaan buku yang harus saya selesaikan. 

Tapi yaaaa nggak maksimal kerjanya, badan pun akhirnya tumbang! Maka, saya putuskan, ya wis lah, istirahat total, jangan kerja dulu. Apalagi Selasa ini (27 Juli 2010) cuaca mendukung banget buat leyeh-leyeh, sepanjang pagi ampe sore hujan ruintik-ruintik, nikmat banget bergelung di kasur. Ditambah obat dokter yang ada obat tidurnya bikin mata riyep-riyep susye bangkit dari kasur.

Naaaahhh udah 4 hari neh ga olahraga! Saya sih merasa sanggup aja berbody slender, paling nggak 2.000 ayunan gwetoh, namun saya pikir jangan dipaksa lah, kasihan tubuh ini butuh buaian. Saya rada paranoid siiii, waduh makan jalan teruusss rek, ntar timbangan naik lagi dwooong? 

Wis, kalau naik nggak apa, yang penting pulih, sehat, kalau dah sehat lu mau ngapain juga bisa, ya tho? Akhirnya saya berdamai dengan keadaan, Allah menimpakan sakit ini kan ada maksud, sebagai penggugur dosa (Insya Allah) dan memberi kesempatan tubuh untuk istirahat, mungkin selama ini saya terlalu zalim ma tubuh sendiri. 

Begitulah, malah sore ini saya makan mie S*dap setelah 2 bulan off makan mie, hihihi. Nikmatin ajaaaaaaaah

Siapa Bilang Saya Diyeeet Ketat?!

Posted: July 26, 2010 in Kisah

Begitulah tuduhan orang-orang (termasuk orang rumah) pada saya *sigh*. Tapi saya sih maklum saja karena mereka kan belum paham program yang saya jalani. Hmm.. untuk mencari tahu bener atau ga nya saya diyeet ketat atau ga, pertama-tama kita musti menyamakan persepsi soal: apakah itu diet ketat? jadi memahami arah tulisan saya.

Oke, kalau pandangan orang umum, diet ketat adalah mengurangi porsi makan atau bahkan mengurangi waktu makan (jadwal 3x sehari menjadi 2x sehari). Namun faktanya ialah: diet yang sehat justru nggak boleh skip (melewatkan) waktu makan. Bahkan ada program diet yang mempersering waktu makan tapi dengan porsi sedikit. Misalnya jadi 6x sehari. 

Nah, setiap orang boleh saja mencari cara diet yang nyaman buat dirinya. Saya sih nggak rekomen diet yang sampai nggak makan malam sama sekali ya, ngerinya mengalami kebosanan dan akhirnya malah bar-bar menyantap makanan di saat bosan diet. Selain itu nutrisi yang masuk ke tubuh mungkin tidak imbang atau tidak cukup.

Bagaimana dengan pola diet saya? Sudah saya jelaskan di beberapa tulisan saya, kalau awalnya saya dibimbing @jeungririe (teman twitter) yang sukses menurunkan berat badannya menjadi 47 kg (dari sebelumnya 78 kg). Ririe dengan sabar memonitor perkembangan saya, even saat ini dia lagi ada di Australia (mengunjungi suaminya yang S2 di Brisbane). Berkat twitter, komunikasi kami tetap lancar.

Kemudian saya pun konsul ke ahli gizi. Sumpe dweeh, kalau diet mengikuti cara ahli gizi nggak kelaparan, karena dietnya nggak ketat, makan tetap 3x sehari. Cuma MEMANG benar, ada pegurangan porsi, terutama nasi sebagai makanan pokok. Kalau tadinya biasa makan nasi sampai 2 hingga 3 sendok nasi, panduan dari ahli gizi, nasi itu maksimal satu setengah sendok nasi. Kalau bisa sih nasi merah karena manfaatnya lebih bagus. 

Menurut http://bestbio4life.com, manfaat beras merah di antaranya  mengandung Vitamin E, thiamin, magnesium, vutamin B6, dan serat. Nah, seratnya ini yang konon nilainya sampai 4x dari beras putih. Untuk jumlah kalori hampir sama. Secangkir beras putih dimasak mengandung sekitar 223 kalori, sedangkan secangkir beras merah kalorinya 232. Mungkin terlihat lebih besar, namun jangan lupa, beras merah mengandung lebih banyak serat.

Seperti kita ketahui fungsi serat buat tubuh yakni untuk kesehatan jantung, menjaga berat badan, mencegah diabetes, membantu proses pencernaan, mencegah kanker, dan menurunkan kadar kolesterol. Penderita diabetes seperti mama saya menghindari sekali nasi putih, makanya di rumah saya ada teman diet, yakni mama saya. Memang banyak orang nggak suka dengan teksturnya yang keras, saya sendiri mengalami biar dimasak dengan air banyak, tetap ujung-ujungnya cepat menguap dan mengeras. Mama yang biasanya nggak nyaman, akhirnya nasinya suka kita campur dengan beras putih organik.

Itu soal nasi ya. Porsinya dikurangi, tapi sayur bisa dibanyakin, ditambah tahu atau tempe atau putih telur buat proteinnya, kemudian lauknya ikan atau ayam (tanpa kulit). INGAT, untuk lauk-pauk jangan digoreng!!! Karena gorengan nggak sehat. Boleh saja sih sesekali, tapi jangan keseringan. Baiknya lauk itu dikukus, rebus, panggang. Dengan berkreasi sendiri, lama-lama kita akan kreatif kok mengolah masakan, banyak baca buku-buku masakan diet aja.

Nggak ketat kan diet saya? tapi KETAT di…. cemilan! Whuaaa… ini mah terasa banget dah merananya, coz saya benar-benar stop ngemil kecuali BUAH, BUAH, dan BUAH. Di awal diet saya sama sekali emoh nyentuh kue, cake, kripik, sudah dua bulan nih saya nggak nyentuk krupuk keriting yang selalu setia mampir di meja makan kami hi hi hi. 

Tapi setelah diet berjalan (plus bandel-bandelnya, nah soal ini nanti akan diulas sendiri), saya jadi tahu triknya, kalau tergoda makanan tertentu, cowek saja sedikit, paling nggak menuntaskan rasa penasaran dan nafsu lapar mata. Ririe suka bilang ke saya begitu,”Kalo kepengen banget colek dikit saja!” namun waktu itu saya keukeuh, idih ngapain dikit? mendingan nggak sama sekali.

“Jangan gitu, takutnya sekali bosen diet, makannya bar bar!”

Jadi waktu kemarin ponakan ultah ke 8 tahun dan ada kue tart, saya nyowel sedikit punya Bapak saya, Alhamdulillah… maka coklat lagi hi hi hi.

Itulah diet saya, nggak ketat kan? Mungkin orang berkomentar ketat karena sampai makan di luar saja saya nggak mau atau bawa bekal sendiri. Itu karena saya belum tahu triknya. Sekarang begitu tahu jadi lebih enak, kalau pergi ke mall atau meeting nggak bingung lagi makan apa. 

Wong pernah kok saya kumpul-kumpul di rumah teman, dia masak spagetty, saya bawa bekal nasi merah. Diledek sih biasa, tapi tuan rumah yang sudah tahu saya diet toh menyediakan buah juga, jadi cemilan saya buah, sementara teman yang lain asyik menggerogoti jajanan warung.

Kalau dijalani dengan tekad kuat, Insya Allah pola makan sehat nggak susah. Toh boleh libur sehari (biasanya orang pilih sabtu, maka diistilahkan Satfreediet) saat libur itulah kita boleh makan apa saja kesukaan kita, dengan catatan: porsi normal, jangan maruk ya hi hi hi.

Selamat menjalani pola hidup sehat.

puspa-notes.blogspot.com